foto

Kamis, 26 Januari 2012



IKRAR CINTA

Jangan aku dikau cintai karena isi kepalaku;
Jangan aku dikau cintai karena tampan rupaku;
Jangan aku dikau cintai karena berat pundi-pundiku.
Cintailah daku laksana seorang buta.

Penulis berpikir bahwa benar tidaknya kedua ilustrasi di atas tidak perlu dipersoalkan. Kita seyogyanya berusaha memetik makna yang ada di balik keduanya. Kita sungguh telah diajak untuk tidak mengukur kedalaman suatu samudera hanya dari satu tepi yang dangkal, yang mungkin sebentar lagi akan semakin dangkal karena perubahan gejala alam. Mari kita telusuri dan layari samudera itu sebelum kita memutuskan untuk "berkubang" di sana selamanya!
Tenyata mencintai dengan mengesampingkan kelebihan-kelebihan yang fana seperti tersebut di atas sulit untuk diwujudkan, kecuali bila kita memang sungguh-sungguh menon-aktif-kan fungsi mata tubuh kita dan hanya mengandalkan mata batin yang jarang kita fungsikan. Banyak kali justru hal-hal seperti di atas-lah yang senantiasa kita jadikan pijakan dan patokan untuk bertolak kepada atau merumuskan perasaan-perasaan yang tatarannya lebih tinggi. Alangkah bijaknya bila kita sadar bahwa yang bersifat fana akan tetap bersifat fana! 
Bila kita berprinsip bahwa mencintai seseorang apa adanya adalah suatu idealisme yang mesti diraih, baiklah kita berpacu untuk meraihnya selama kita masih diberi waktu yang cukup. Ingat, waktu terus berlalu, dan belum tentu kita akan peroleh kesempatan yang sama untuk mewujudkannya pada masa-masa yang akan datang!
Sebagai penutup tulisan ini, penulis berharap agar tulisan ini dapat menjadi bacaan yang berkenan di hati para pembaca. Syukurlah bila ada butir-butir mutiara kehidupan 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar